Jumat, 08 Juni 2012

Meski Bikin Lega, Leher 'Dikretek' itu Berbahaya Lho

By 16.35.00 ,
Seringkali saat mengalami nyeri leher, Anda meng-'kretek' leher untuk menghilangkan rasa sakitnya. Namun tahukah Anda bahwa hal itu justru akan membahayakan leher Anda? Bahkan para ilmuwan memperingatkan leher 'dikretek' itu bisa menyebabkan stroke.

Terapi yang banyak dilakukan orang itu sebenarnya "secara klinis tidak diperlukan" dan harus ditinggalkan karena mempengaruhi 2 dari 3 orang yang melakukannya terbukti mengalami penderitaan berkepanjangan dalam hidupnya.

Secara medis, meng'kretek' leher dikenal sebagai manipulasi tulang belakang. Teknik ini melibatkan aplikasi dari berbagai jenis dorongan pinggang tulang belakang ke punggung bawah atau tulang belakang ke leher untuk mengurangi nyeri punggung, leher dan nyeri muskuloskeletal lainnya.

Namun dosen fisioterapi Neil O'Connell dari Brunel University, Uxbridge dan rekan-rekannya menyatakan bahwa manipulasi tulang belakang "bisa saja membawa potensi komplikasi neurovaskular serius."

Dalam laporan studi yang dipublikasikan di British Medical Journal ini, tim O'Cornell menambahkan bahwa teknik ini "tidak diperlukan dan tidak disarankan."

Nyeri leher sendiri seringkali disebabkan oleh stres dan terjadi pada satu dari 10 orang Inggris.

"Manipulasi tulang belakang itu berbeda dengan pijatan lembut karena leher Anda didorong secara paksa untuk menghasilkan suara 'klik' dadakan yang akrab di telinga itu.

"Namun kemudian ditemukan beberapa kasus langka terkait jenis tertentu stroke yang terjadi beberapa hari setelah 'dikretek' karena cara itu dapat merobek lapisan arteri vertebralis di leher yang berfungsi memasok darah ke otak.

"Beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa jenis-jenis pengobatan lainnya seperti pijatan lembut atau olahraga juga sama efektifnya dengan 'dikretek' tetapi tanpa ada risiko. Sebenarnya tak satu pun dari cara-cara itu yang bisa menjadi obat mujarab dan tidak ada obat yang dapat diandalkan untuk mengatasi nyeri leher, semua metode itu hanya memberikan tingkat kelegaan yang sama," ujar Mr. O'Cornell seperti dilansir dari The Telegraph, Jumat (8/6/2012).

Menurut O'Cornell, ada bukti yang konsisten untuk menjelaskan hubungan antara kerusakan pada pembuluh darah utama yang memasok darah ke otak, batang otak dengan tulang belakang bagian atas. Kondisi yang dikenal sebagai cedera neurovaskular ini biasanya diredakan dengan memijat leher.

Kajian awal percobaan manipulasi atau mobilisasi leher menyimpulkan bahwa terapi itu hanya memberi pereda nyeri jangka pendek. Bahkan percobaan terbaru telah memastikan bahwa pijat tidak lebih baik bila langsung dibandingkan dengan intervensi fisik lainnya seperti berolahraga.

Mengingat kesetaraan hasil dengan berbagai bentuk terapi yang ada berarti manipulasi tulang belakangnya tampaknya secara klinis memang tidak diperlukan, katanya.

"Potensi bahaya dan tidak adanya manfaat yang jelas dari 'dikretek' ini membawa pada kesimpulan yang tak terelakkan bahwa manipulasi tulang belakang harus ditinggalkan sebagai bagian dari pengobatan konservatif untuk nyeri leher," tambah Mr. O'Cornell.

Namun ternyata seorang pakar epidemiologi Profesor David Cassidy dari University of Toronto dan rekan-rekannya tak sepakat dengan tim O'Cornell. Cassidy mengatakan bahwa manipulasi leher merupakan terapi tambahan yang berharga untuk pengobatan pasien dan harus terus dilakukan.

Cassidy dan timnya mengaku memiliki bukti yang "jelas-jelas menunjukkan manfaat manipulasi leher pada pasien nyeri leher". Tim ini pun meragukan kaitan langsung antara 'dikretek' dengan stroke.

Ketika dikombinasikan dengan hasil percobaan terbaru, "Bukti ini mendukung bahwa manipulasi leher dapat dimasukkan sebagai alternatif pengobatan untuk nyeri leher, sama halnya dengan intervensi lain seperti tetap aktif dan berolahraga," katanya.

Meski begitu tim Cassidy juga mengakui jika mempertimbangkan risiko, manfaat dan preferensi atau pilihan pasien maka "hingga kini belum ada terapi lini pertama yang disukai seluruh pasien dan tidak ada bukti bahwa mobilisasi itu lebih aman atau lebih efektif daripada manipulasi".

"Kami tak menyarankan untuk meninggalkan metode manipulasi leher namun kami masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu manfaat dan bahaya 'dikretek' dan intervensi umum lainnya terhadap nyeri leher," pungkasnya.

Sumber